Refleksi

Bersaudara dalam Perjalanan dan Berjalan dalam Persaudaraan

Catatan Proses OGF Unio Nusra

DekenatMena.comoleh RD. Yudel Neno (Peserta OGF asal Keuskupan Atambua) – Kegiatan On Going Formation (OGF), yang diikuti oleh Peserta (para Imam Projo), kini tiba di penghujungnya. Jumlah Peserta Ada 29 Imam, yang datang dari Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Maumere, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Weetebula dan Keuskupan Atambua.

Kegiatan OGF yang terlaksana sejak tanggal 14 Oktober dan berakhir pada Jumat, 18 Oktober merupakan realisasi dari hasil Munas XIV di Mataloko.

Kegiatan ini berlangsung di bawah tema : Kesejatian Pelayanan dalam Persaudaraan.

Hari pertama, kami misa di Paroki Assumpta sekaligus pembukaan kegiatan OGF. Misa dipimpin oleh Uskup Agung Kupang; Mgr. Hironimus Pakaenoni. Usai misa, kami bersaudara di sana. Kami dijamu oleh Pastor Paroki dan oleh Umat di sana. Ada yang menyanyi; menghibur para Imam dan Umat yang sedang makan. Mgr. Roni hadir di sana. Mejanya persis di as ruangan. Nampak Mgr. Roni terasa tak menikmati makan karena banyak yang datang ucap selamat dan minta foto.

Hari kedua kami misa di Paroki Naikoten. Misa dipimpin oleh Teman-Teman dari Larantuka. Usai misa kami dijamu di sana. Kami bersaudara di sana. Naikoten luar biasa. Acara dipandu oleh Rm. Amance. Pantun dan diksinya luar biasa. Kata-kata biasa tapi lucu tingkat tinggi. Pada setiap meja, disusun botol-botol. Isi botol-botol itu berbeda-beda. Ada yang habis; ada yang tidak. Bahkan ada yang bawa.

Hari ketiga kami misa di Paroki Sikumana. Sebelum misa, ada pertemuan terbatas antara Ketua Unio Indonesia dan utusan dari Unio Keuskupan. Pertemuan itu berlangsung, dengan salah satu agenda; memilih Kordinator Unio Regio Nusra. Romo Bob Muda (Ketua Unio Keuskupan Agung Kupang) terpilih sebagai Koordinator. Setelah itu, Kami misa di sana. Misa dipimpin oleh teman-teman dari Keuskupan Denpasar. Di sana kami rayakan HUTnya Romo Yohanes Tobil, asal Keuskupan Larantuka. Usai misa, kami bersaudara dan dijamu oleh umat.

Sambil menikmati makan, kami dihibur oleh penyanyi-penyanyi band. Ada juga Romo-Romo yang pandai nyanyi. Ada Rm. Derry Saba, Rm. Ewa, Rm. Zige dan beberapa Romo lainnya. Suara dan ekspresi mereka bagus.

Hari keempat kami misa di Paroki BTN-Kolhua. Misa dipimpin oleh Teman-Teman dari Keuskupan Agung Ende. Usai misa kami karaoke. Ada yang goyang. Kami dijamu di sana. Kami bersukacita. Kata Romo Maxi Un Bria, Ketua Unio Indonesia; sukacita butuh sukarela. Dan itu yang kami lakukan. Kami gacor di sana. Ada yang pulang dahulu; ada yang kemudian. Bahkan nyaris, ada yang lupa pulang dan tak mau pulang. Tidak tahu karena apa…..he he he…

Hari kelima kami ke Baun; ke tempat se’i. Itu karena ada yang pingin lihat dan pingin makan se’i. Ada yang sudah lihat tetapi seolah-olah belum karena kepingin makan se’i. Usai dari se’i, kami balik dan mampir di Quasi Paroki Kuaputu. Di sana ada Rm. Kanis Pen. Beliau senang karena kami datang. Kami juga senang, karena kami diterima dan dijamu dengan berbagai rasa buah.

Sore harinya, kami menuju Paroki Oeleta. Wuhu…….kami menikmati sunset dari puncak Penkase. Masih mobil yang sama, yang kami pakai. Saling ganggu mereview keanehan dalam acara semalam, merupakan hal yang biasa.

Kami misa di Oeleta. Di sana, kegiatan OGF resmi ditutup oleh Ketua Unio Indonesia ; RD. Florens Maxi Un Bria. Perayaan berlangsung khidmat. Koornya bagus. Kata mereka, dari OMK Batakte, yang dibawa oleh Rm. Marsel Soge.

Usai misa, kami dijamu oleh Pastor Paroki ; Rm. Bob Muda dan Umat di sana. Persiapannya kayak Surga mau turun di Oeleta. Semua ada di sana. Oeleta penuh warna-warni. Pada semua meja, tersimpan penuh. Ada yang bilang; ini mati kecil. ……. Kegiatan OGF ditutup dengan menabuh gong, sekaligus peluncuran buku Unio Indonesia oleh Ketua Unindo ; RD. Florens Maxi Un Bria.

Kami rencana mau pulang sedu, tapi Pastor Paroki bilang pantang pulang sebelum pagi….lalu ada yang bilang….ini mati kecil.

***************************

Kegiatan berlangsung di Susteran SSpS Belo, menghadirkan Tiga Narasumber yakni Rm. Dr. Oktovianus Naif, Pr yang berbicara tentang Spiritualitas Imam Diosesan, Rm. Kanisius Pen, yang berbicara tentang Kesejatian Pelayanan dalam Persaudaraan dan Profesor Alo Liliweri yang berbicara tentang Komunikasi Pastoral di Era Digital.

Selain kegiatan persaudaraan, share materi, para Peserta OGF juga sharing bersama, yang berlangsung dalam kelompok-kelompok. Persaudaraan juga berlangsung bersama umat di Paroki-Paroki. Ada Lima Paroki yang dikunjungi, yakni Paroki Assumpta, Paroki Naikoten, Paroki Sikumana, Paroki BTN-Kolhua dan Paroki Oeleta. Di Paroki-Paroki ini para Peserta OGF sharing bersama dengan Umat. Maka persaudaraan dalam pelayanan tidak hanya berlangsung antara para Imam tetapi juga dengan umat, untuk menunjukkan corak pastoral yang bersinodalitas bersama umat dan di tengah umat. Bahwasannya, karya pastoral akan sungguh-sungguh maksimal, apabila berlangsung dalam kebersamaan dengan umat.

Mengawali catatan tentang persaudaraan, Saya mengutip pikiran beberapa Filsuf di bawah ini. Walaupun mereka tidak berbicara secara eksplisit dalam nomenklatur persaudaraan, tetapi kiranya sumbangan pikiran mereka tentang makhluk sosial, dapat kita pakai sebagai bantuan berharga untuk memahami tentang persaudaraan.

Pikiran para Filsuf di bawah ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, moralitas, dan hubungan sosial. Kiranya bermanfaat bagi kita.

Yang pertama : Socrates – Menurut Socrates, manusia adalah makhluk sosial, dan salah satu kunci untuk menciptakan masyarakat yang baik adalah memperlakukan orang lain dengan adil dan bijaksana. Persaudaraan dalam pemikiran Socrates terletak pada penghormatan terhadap sesama dan dialog yang bertujuan untuk menemukan kebenaran bersama.

Yang kedua : Aristoteles – Dalam Nicomachean Ethics, Aristoteles berbicara tentang philia atau persahabatan, yang merupakan ikatan emosional antara manusia. Bagi Aristoteles, persaudaraan bisa dianggap sebagai bentuk persahabatan, di mana manusia membangun hubungan berdasarkan kebajikan dan kesejahteraan bersama. Dia menekankan pentingnya philia dalam menjaga keharmonisan masyarakat.

Yang ketiga : Jean-Jacques Rousseau – Rousseau percaya bahwa manusia pada dasarnya baik dan persaudaraan adalah bagian dari sifat alami manusia. Namun, ia berpendapat bahwa masyarakat modern dengan hierarki dan ketidaksetaraannya merusak hubungan persaudaraan yang sejati. Dalam karyanya The Social Contract, Rousseau menekankan pentingnya persamaan dan kebebasan, yang diperlukan untuk memulihkan hubungan sosial yang harmonis.

Yang keempat : Karl Marx – Marx melihat persaudaraan dari perspektif materialis. Menurutnya, persaudaraan sejati hanya dapat dicapai melalui penghapusan kelas sosial. Dalam masyarakat kapitalis, persaudaraan terdistorsi oleh hubungan ekonomi yang eksploitatif. Hanya dalam masyarakat komunis, di mana tidak ada kelas dan eksploitasi, persaudaraan yang sejati dapat berkembang.

Yang kelima : Immanuel Kant – Kant menekankan pentingnya etika universal dan kewajiban moral untuk memperlakukan setiap manusia sebagai tujuan, bukan sarana. Persaudaraan, menurut Kant, melibatkan penghormatan terhadap martabat semua individu dan tanggung jawab moral untuk memperlakukan sesama manusia dengan rasa hormat yang sama.

Yang keenam : Martin Buber – Dalam I and Thou, Buber memperkenalkan konsep hubungan “Aku-Kau” (I-Thou), yang menggambarkan hubungan sejati antara individu di mana kedua pihak diperlakukan sebagai subjek, bukan objek. Persaudaraan sejati, menurut Buber, terjadi ketika manusia berinteraksi dalam hubungan “Aku-Kau” yang didasarkan pada saling menghormati dan keutuhan.

Pikiran para Filsuf di atas tentu memberi inspirasi berharga bagi permenungan kita tentang kebersamaan dan persaudaraan.

Oke mari kita mulai……….

Jumat, 18 Oktober, para Peserta OGF dibawa oleh Panitia menuju Tempat Se’i Om Bai – Baun.

Kami berangkat menggunakan mobil. Sukacita full, terutama bagi Rekan-Rekan yang belum pernah ke sana. Aroma se’i Baun merasuki cita rasa para Peserta, dan karena berdampak pada kecepatan mobil. Ada yang rasanya tidak tahan; ingin secepatnya nikmati daging se’i. Cerita tak rasa, sebungkus rokok nyaris habis terbagi dalam beberapa menit. Ada yang nyetir sambil rokok. Ada yang masih capek karena sisa gacor semalam. Pokoknya rupa-rupa!!!

Perjalanan menarik. Jarak tempuh sekitar 45 menit. Ada yang juara satu dalam gacor semalam. Kata teman-teman, yang juara satu, dari Keuskupan Ende. Yang menempati juara dua, kata teman-teman, dari Keuskupan Agung Kupang. Mereka juara, karena arena mereka kuasa. Herannya penentuan juara itu tanpa juri. Tidak tahu bagiamana sampai jadinya begitu…..pokoknya rupa-rupa.

Kami tiba di Baun. Sambil menanti Rekan yang lain, Kami mampir di Istanah Raja Amarasi. Pewaris ke-18 Raja Amarasi itu berkisah, kalau Raja Amarasi, pada zamannya sangat jaya. Kejayaannya nampak dalam perhatian kepada masyarakat. Masa kejayaan itu juga merambah hingga ke wilayah TTU.

Para Romo asyik mendengarkan. Rupanya cerita itu, membangkitkan jiwa historia mereka. Ada yang bertanya dan bertanya lagi. Ada minta ambil gambar.

Kini kami tiba di tempat se’i Baun. Di sana kami bertemu dengan Pemilik Se’i. Om Bai namanya. Om Bai itu menarik. Ketika ditanya, di hadapan para Imam ia mengatakan kalau dirinya perintis dan bukan pewaris.

Panitia pesan daging se’i enam kilo plus rusuk. Se’i sudah tiba, nasi belum sampai. Hampir-hampir se’i tamat nasib sebelum nasi tiba. Ada yang sambil menanti, mereka minum air kelapa. Di situ ada seorang ibu. Kelihatan kedua tangannya capek karena terlalu banyak yang pesan. Satu belum selesai dipotong, satu sudah pesan lagi.

Ada yang sibuk cari pemantik. Heran juga, punya rokok tapi tak punya pemantik. Ada yang sibuk minta rokok. Heran juga, perokok tapi tak punya rokok…he he he. Ada yang sibuk cari colokan terminal karena hp mereka mau dicas.

Dari enam kilo se’i yang dipesan, tak habis termakan. Kata salah satu Peserta; bukan makan yang tidak kuat tapi dagingnya yang terlalu banyak. Walaupun ada yang makan banyak sekali. Ada yang makan sedikit. Ada yang jadikan daging sebagai alas, menyusul nasi dan ditendes daging. Pokoknya rupa-rupa.

Berbagai narasi yang terumus di atas, dipadatkan dalam beberapa catatan persaudaraan di bawah ini. Sungguh…cinta menuntut kerelaan. Bagi orang-orang yang rela, mereka sembunyikan kuat-kuat arloji, sebab rasa saudara tidak boleh terbatas karena waktu. Bagi orang-orang yang mencintai; mereka terpaku di kursi karena saudara memiliki hukum mendengarkan yang mahal nilainya.

Oke….. mari kita mulai. Kita mulai dari pertama. Itu berarti bersaudara adalah soal tentang bagaimana yang lain adalah pertama. Sebagaimana dikatakan Santo Paulus dalam Filipi 2:4, yang berbunyi ; Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”

Yang pertama : OGF ; Momen Belajar

Kami belajar banyak. Banyak materi dan sharing kami catat. Ada yang mencatatnya di hp; ada yang mencatatnya di buku.

On Going Formation atau formasi berkelanjutan adalah sebuah proses pendidikan yang tidak berhenti setelah seseorang menyelesaikan pendidikan formal atau mencapai status tertentu. Sebaliknya, ia terus berlanjut sepanjang kehidupan seseorang sebagai respons terhadap perubahan zaman, kebutuhan pribadi, dan tuntutan profesi. Dalam konteks religius maupun profesional, On Going Formation merupakan momen belajar yang berkelanjutan, di mana individu diundang untuk memperdalam pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai yang mereka miliki. Proses ini mengakui bahwa manusia selalu berada dalam perjalanan untuk menjadi lebih baik, lebih bijak, dan lebih dewasa secara intelektual maupun spiritual.

Sebagai momen belajar, On Going Formation memberi kesempatan bagi individu untuk merefleksikan pengalaman masa lalu, menilai tantangan saat ini, dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Momen ini bukan hanya tentang menambah pengetahuan baru, tetapi juga tentang mempertajam wawasan, memperbarui cara berpikir, dan memperbaiki kualitas hidup baik secara pribadi maupun dalam komunitas. Dengan demikian, On Going Formation memupuk kesadaran bahwa pembelajaran adalah bagian integral dari perjalanan hidup yang tidak pernah selesai, selalu relevan dalam upaya mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna.

Yang kedua : OGF; Momen Refleksi

On Going Formation atau formasi berkelanjutan adalah proses pengembangan diri yang berlangsung sepanjang hidup, khususnya dalam konteks keagamaan atau spiritualitas. Sebagai momen refleksi, On Going Formation memungkinkan individu untuk terus mengevaluasi pertumbuhan spiritual, intelektual, dan emosionalnya. Melalui refleksi ini, seseorang dapat memahami perjalanan hidupnya, mengenali tantangan-tantangan yang dihadapi, dan merumuskan kembali komitmen terhadap panggilan hidupnya. Ini adalah kesempatan untuk menyelaraskan kembali tujuan hidup dengan nilai-nilai dasar yang diyakini, serta untuk merenungkan bagaimana hal-hal baru yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dapat memperkaya iman dan kepribadian.

Selain itu, On Going Formation mengajak individu untuk tidak berhenti pada satu tahap perkembangan. Setiap momen dalam hidup, termasuk yang penuh dengan kegagalan atau kesuksesan, adalah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Refleksi yang dilakukan dalam proses ini membantu menjaga kerendahan hati dan ketulusan dalam berjuang. Seseorang diajak untuk membuka diri terhadap bimbingan dari Tuhan, mentor, atau komunitas, serta menerima masukan yang membangun. Dengan cara ini, formasi berkelanjutan menjadi alat untuk mencapai kedewasaan pribadi dan spiritual yang lebih mendalam, serta untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman.

Yang ketiga : OGF ; Momen Berbagi

On Going Formation (formasi berkelanjutan) merupakan suatu proses pembelajaran terus-menerus yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman, keahlian, dan nilai-nilai hidup, baik dalam konteks religius, profesional, maupun sosial. Sebagai momen berbagi, On Going Formation melibatkan partisipasi aktif antara individu-individu dalam sebuah komunitas, di mana pengalaman, wawasan, dan refleksi pribadi dipertukarkan. Setiap peserta tidak hanya belajar dari pengajar atau mentor, tetapi juga dari sesama anggota, sehingga tercipta dinamika saling memperkaya. Ini adalah kesempatan bagi semua pihak untuk tumbuh bersama melalui pembelajaran kolektif yang mendalam, didasarkan pada pengalaman hidup yang nyata.

Proses berbagi dalam On Going Formation membuka ruang bagi kolaborasi yang autentik, di mana setiap orang didorong untuk berbicara, mendengarkan, dan merenungkan bersama. Momen berbagi ini memperkuat rasa persaudaraan dan memperluas cakrawala berpikir, karena setiap individu membawa perspektif unik yang berkontribusi pada pertumbuhan kelompok. Dalam suasana yang terbuka dan saling mendukung, formasi berkelanjutan menjadi lebih dari sekadar pembelajaran teknis; ia juga menjadi sarana pengembangan diri yang holistik, mencakup aspek spiritual, emosional, dan sosial.

Yang keempat : OGF ; Momen Berjumpa

On Going Formation, atau formasi berkelanjutan, dapat dipahami sebagai momen pertemuan yang dinamis dan berulang antara individu dengan dirinya sendiri, sesama, dan realitas yang terus berubah. Ini adalah proses pembelajaran yang tak pernah selesai, di mana seseorang dipanggil untuk terus-menerus memperbarui dirinya dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan spiritualitas. Dalam konteks ini, setiap tahapan kehidupan memberikan kesempatan untuk bertemu dengan berbagai pengalaman dan tantangan yang membentuk dan memperkaya diri. Formasi berkelanjutan ini menuntut keterbukaan untuk terus tumbuh dan berkembang, baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan dengan komunitas, sehingga setiap momen menjadi peluang untuk memperdalam pemahaman diri dan relasi dengan dunia sekitar.

Lebih dari sekadar proses edukasi, On Going Formation adalah pengalaman perjumpaan yang lebih dalam. Ini mencakup pertemuan dengan nilai-nilai, tradisi, serta refleksi mendalam terhadap apa yang sudah dipelajari dan dihayati. Dalam perjumpaan ini, seseorang dipanggil untuk merefleksikan kembali tujuan hidup, memurnikan motivasi, dan memperbarui komitmen untuk terus maju dalam panggilan hidupnya. Momen-momen formasi ini memungkinkan seseorang untuk berhadapan dengan berbagai dinamika baru yang muncul, serta merespons dengan cara yang lebih bijaksana dan matang. Inilah yang menjadikan formasi berkelanjutan sebagai proses yang esensial untuk memperkuat integritas pribadi dan meningkatkan kontribusi dalam kehidupan sosial maupun spiritual.

Yang kelima : OGF ; Momen Canda Tawa

On Going Formation (formasi berkelanjutan) seringkali dipandang sebagai proses yang serius dan penuh dengan refleksi mendalam, namun sebenarnya momen ini juga bisa menjadi ruang bagi canda tawa yang bermakna. Dalam pembelajaran yang terus berlangsung, ada banyak kesempatan untuk tertawa bersama, baik itu saat saling berbagi pengalaman lucu maupun saat menghadapi tantangan dengan sikap yang ringan. Canda tawa dalam proses formasi membantu meredakan ketegangan dan membuka hati serta pikiran untuk menerima hal-hal baru. Hal ini tidak hanya mempererat hubungan antar peserta, tetapi juga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan manusiawi.

Lebih dari itu, tawa memberikan perspektif bahwa perjalanan formasi bukanlah sesuatu yang harus selalu dihadapi dengan ketegangan. Dengan bisa tertawa bersama, peserta formasi dapat melihat bahwa kesalahan dan kekeliruan adalah bagian dari proses belajar. Humor menjadi cara alami untuk menerima keterbatasan diri dan sesama dengan kasih, sekaligus membangun lingkungan yang suportif. Dengan demikian, On Going Formation yang disertai dengan canda tawa bukan hanya tentang pembentukan diri yang serius, tetapi juga tentang menciptakan kebersamaan yang hangat dan penuh makna.

Yang keenam : OGF ; Momen Saudara walaupun tak Sedarah

On Going Formation (formasi berkelanjutan) adalah proses pendampingan dan pembinaan yang tidak pernah berhenti, di mana individu terus belajar, berkembang, dan memperdalam panggilan hidupnya. Dalam konteks ini, On Going Formation tidak hanya menjadi momen pertumbuhan pribadi, tetapi juga menjadi pengalaman bersama yang mempererat ikatan antar individu yang mungkin tidak memiliki hubungan darah, tetapi tetap dipersatukan oleh nilai, visi, dan tujuan yang sama. Seperti saudara yang tumbuh bersama, mereka saling menopang dan mendorong satu sama lain untuk terus maju, mengatasi tantangan, dan memperkuat iman serta komitmen. Walau tak sedarah, mereka berbagi kasih, perhatian, dan dukungan yang mendalam.

Dalam proses ini, pengalaman hidup yang dibagikan, kebersamaan dalam menghadapi kesulitan, dan keberanian untuk terus belajar menciptakan ikatan yang kuat layaknya persaudaraan sejati. Setiap individu memiliki peran penting untuk saling melengkapi dan membantu pertumbuhan satu sama lain. Dalam momen-momen formasi ini, perbedaan latar belakang atau hubungan biologis memudar, digantikan oleh rasa solidaritas dan cinta persaudaraan yang tulus, menciptakan komunitas yang erat dan penuh kasih.

Yang ketujuh : OGF ; Momen Penuh Kasih

On Going Formation, atau formasi berkelanjutan, adalah proses pembelajaran dan pengembangan diri yang terus menerus dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam konteks spiritual dan keagamaan. Ini adalah momen penuh kasih karena memberi ruang bagi seseorang untuk terus bertumbuh, mengenal dirinya, dan mendalami panggilan hidupnya. Dalam formasi ini, seseorang tidak hanya dibimbing oleh aturan dan pedoman, tetapi juga oleh cinta kasih Tuhan yang mengalir dalam setiap pengalaman hidupnya. Setiap tantangan, kesuksesan, maupun kegagalan dalam perjalanan formasi ini menjadi bagian dari kasih Tuhan yang mendidik, menguatkan, dan meneguhkan. Proses ini menunjukkan bahwa kasih Allah tidak pernah berhenti bekerja, bahkan dalam perjalanan yang panjang dan penuh liku.

Kasih dalam On Going Formation juga tercermin dalam dukungan komunitas dan orang-orang di sekitar kita. Proses formasi bukan hanya tentang pengembangan diri individu, tetapi juga tentang bagaimana kita saling mendukung dalam cinta kasih, membantu satu sama lain tumbuh dalam iman, kebijaksanaan, dan kerendahan hati. Momen ini mengajarkan bahwa kasih bukan hanya sesuatu yang diterima, tetapi juga sesuatu yang dibagikan. Dalam berbagi kasih melalui bimbingan, pengajaran, dan doa, setiap individu mengalami bagaimana kasih yang diberikan oleh Tuhan melimpah melalui sesama, menciptakan komunitas yang semakin dekat dengan panggilan hidup yang penuh kasih.

Yang kedelapan : OGF ; Momen Penguatan

On Going Formation atau pembinaan berkelanjutan adalah sebuah proses yang tidak berhenti setelah seseorang mencapai tahap tertentu dalam hidup atau karier, tetapi terus berlangsung sepanjang hidup. Ini menjadi momen penguatan karena melalui pembinaan ini, individu diingatkan dan diperkaya dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai yang relevan dengan perkembangan zaman. Dalam konteks kehidupan rohani maupun profesional, On Going Formation memberikan kesempatan untuk selalu memperbarui diri, sehingga tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memperkuat komitmen dan ketahanan dalam menjalani tugas atau panggilan hidup.

Lebih dari sekadar pendidikan atau pelatihan, On Going Formation adalah sebuah proses yang menciptakan ruang refleksi bagi individu untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Setiap tantangan dan perubahan yang dihadapi dalam perjalanan hidup bisa dijadikan momen untuk memperdalam pemahaman tentang diri sendiri dan peran yang diemban. Dengan demikian, pembinaan berkelanjutan ini memperkuat fondasi karakter dan spiritualitas, membantu individu menjadi lebih tanggap, fleksibel, dan tangguh dalam menghadapi situasi apa pun yang muncul di masa depan.

Yang kesembilan: OGF ; Momen Sharing

On Going Formation adalah proses pembelajaran dan pengembangan diri yang terus-menerus, terutama dalam konteks pengembangan spiritual, moral, dan profesional, baik dalam kehidupan religius maupun di berbagai profesi. Sebagai momen sharing, On Going Formation membuka ruang untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan refleksi di antara individu yang memiliki tujuan yang sama. Proses ini bukan hanya bersifat satu arah, tetapi interaktif, di mana setiap orang dapat belajar dari pengalaman dan perspektif orang lain. Dengan demikian, On Going Formation menjadi sarana pertukaran nilai-nilai yang memperkaya pemahaman bersama, memperdalam spiritualitas, dan membangun keterampilan yang relevan dalam konteks kehidupan pribadi dan komunitas.

Dalam momen sharing ini, ada suasana keterbukaan dan kepercayaan yang penting. Peserta tidak hanya menyampaikan pandangan atau pengalaman mereka, tetapi juga mendengarkan dengan empati. Hal ini menciptakan dinamika yang mendukung pertumbuhan, di mana setiap orang merasa didukung dalam perjalanan pembelajaran mereka. Melalui diskusi dan refleksi bersama, peserta dapat mengevaluasi diri, memperbarui komitmen, dan menyesuaikan tindakan mereka agar lebih selaras dengan tujuan pribadi maupun kolektif. Momen sharing ini juga mendorong rasa kebersamaan dan solidaritas, yang sangat penting dalam mempertahankan motivasi untuk terus berkembang dalam jangka panjang.

Yang kesepuluh: OGF ; Momen Melampau

On Going Formation sebagai momen melampau merujuk pada pengalaman di mana individu melewati batasan-batasan diri yang sebelumnya dianggap mengikat. Dalam konteks ini, proses formasi berkelanjutan menjadi sarana untuk mengalami transformasi yang mendalam, mengajak individu untuk menghadapi ketakutan, keraguan, dan hambatan yang menghalangi pertumbuhan. Ketika seseorang berani melangkah keluar dari zona nyaman, mereka dapat menemukan potensi baru dalam diri mereka dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas. Momen-momen melampau ini seringkali membawa pencerahan dan pemahaman baru, sehingga individu mampu melihat pengalaman hidupnya dengan cara yang berbeda dan lebih positif.

Lebih jauh lagi, On Going Formation sebagai momen melampau juga menciptakan ruang bagi individu untuk berinteraksi dengan berbagai pandangan dan pengalaman yang berbeda. Ini memungkinkan terjadinya dialog yang konstruktif, di mana individu dapat belajar dari orang lain dan mengembangkan pemahaman yang lebih kaya tentang diri sendiri dan orang lain. Dengan melampaui batasan-batasan tersebut, individu tidak hanya mengembangkan kapasitas pribadi tetapi juga berkontribusi pada komunitas yang lebih besar. Dalam konteks ini, On Going Formation menjadi tidak hanya perjalanan individu, tetapi juga sebuah proses kolektif yang memfasilitasi perubahan positif dalam masyarakat, mendorong kolaborasi, dan meningkatkan rasa saling memahami.

Yang kesebelas : OGF ; Momen Menjangkau

On Going Formation atau formasi berkelanjutan dapat dipahami sebagai momen menjangkau yang memungkinkan individu untuk terhubung dengan diri sendiri, orang lain, dan komunitas yang lebih luas. Dalam konteks ini, formasi berkelanjutan mendorong kita untuk tidak hanya fokus pada pengembangan pribadi, tetapi juga untuk menyadari tanggung jawab sosial kita. Melalui proses ini, individu diajak untuk menjangkau orang-orang di sekitarnya, memahami kebutuhan mereka, dan berkontribusi secara positif terhadap komunitas. Dengan demikian, On Going Formation menjadi sarana untuk memperluas perspektif kita dan mengembangkan empati serta solidaritas terhadap sesama.

Lebih jauh lagi, On Going Formation juga merupakan panggilan untuk menjangkau diri kita sendiri secara lebih mendalam. Ini adalah kesempatan untuk menggali potensi yang ada dalam diri dan mengatasi batasan-batasan yang sering kali kita tetapkan sendiri. Dalam proses refleksi ini, individu dapat menemukan bakat dan minat yang mungkin terabaikan, sehingga bisa berkontribusi lebih besar dalam konteks sosial dan spiritual. Momen menjangkau ini tidak hanya membawa pertumbuhan pribadi, tetapi juga memperkuat jaringan dukungan yang saling menguatkan di antara anggota komunitas, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan memberdayakan bagi semua.

Yang keduabelas : OGF ; Momen Melebur dan Melebar

On Going Formation dapat dipahami sebagai momen melebur dan melebar dalam konteks pertumbuhan pribadi dan spiritual. Proses melebur mengacu pada pengintegrasian berbagai pengalaman, pengetahuan, dan nilai yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup seseorang. Dalam momen ini, individu belajar untuk menghilangkan batasan-batasan yang ada dalam diri mereka, seperti prasangka, ketakutan, atau egoisme, dan mulai menginternalisasi pelajaran yang diambil dari pengalaman hidup yang beragam. Dengan meleburkan berbagai aspek diri, seseorang dapat menciptakan suatu kesatuan yang lebih holistik, di mana semua elemen kehidupan saling mendukung dan memperkaya satu sama lain.

Di sisi lain, proses melebar mencerminkan ekspansi perspektif dan pemahaman seseorang terhadap dunia di sekitarnya. Melalui On Going Formation, individu didorong untuk terbuka terhadap berbagai ide, budaya, dan pengalaman yang mungkin berbeda dari yang telah mereka kenal sebelumnya. Hal ini mendorong mereka untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang lain dari latar belakang yang berbeda, memperluas wawasan, dan memperdalam empati. Dengan melebar, individu tidak hanya tumbuh secara pribadi, tetapi juga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi komunitas dan masyarakat. Kombinasi dari melebur dan melebar dalam On Going Formation menciptakan suatu proses yang dinamis, di mana individu terus berkembang dan beradaptasi dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Yang ketigabelas : OGF ; Momen Tak Kunjung Padam

On Going Formation sebagai momen tak kunjung padam mencerminkan perjalanan yang terus-menerus dalam pengembangan diri dan pembelajaran sepanjang hayat. Proses ini tidak pernah berhenti, karena setiap pengalaman hidup membawa pelajaran baru yang dapat membentuk cara berpikir dan bertindak seseorang. Dalam konteks ini, On Going Formation menggambarkan komitmen individu untuk terus-menerus mencari pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitarnya. Sebagaimana api yang tetap menyala, pembelajaran ini harus dijaga dan dipelihara agar tetap bersemangat dan tidak padam, menciptakan peluang untuk refleksi, penyesuaian, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Selain itu, momen On Going Formation yang tak kunjung padam menunjukkan bahwa pendidikan dan pembentukan karakter tidak pernah selesai. Setiap fase kehidupan, baik di masa muda maupun di usia lanjut, menawarkan tantangan dan kesempatan baru untuk belajar. Momen-momen ini mendorong individu untuk terbuka terhadap pengalaman baru, ide-ide, dan perspektif yang beragam. Dengan semangat yang tak padam ini, individu tidak hanya berinvestasi dalam perkembangan pribadi tetapi juga berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, On Going Formation menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih adaptif terhadap perubahan zaman.

Yang keempatbelas : OGF ; Momen yang Bercerita

On Going Formation sebagai momen yang bercerita merupakan proses di mana pengalaman hidup seseorang menjadi narasi yang bermakna. Dalam konteks ini, setiap fase kehidupan dan tantangan yang dihadapi dapat dilihat sebagai bagian dari cerita yang lebih besar. Setiap pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, memberikan pelajaran yang dapat dibagikan dan diinternalisasi. Momen-momen ini bukan hanya sekadar rangkaian peristiwa, tetapi merupakan bagian integral dari pengembangan identitas dan spiritualitas seseorang. Dengan menggali cerita ini, individu dapat menemukan makna yang lebih dalam dalam perjalanan hidupnya, serta memahami bagaimana setiap bab yang telah dilalui membentuk siapa mereka hari ini.

Selain itu, On Going Formation mendorong individu untuk membagikan cerita mereka dengan orang lain, menciptakan ruang untuk dialog dan refleksi bersama. Ketika seseorang menceritakan pengalamannya, baik dalam kelompok kecil atau dalam komunitas yang lebih besar, mereka tidak hanya mengingat kembali perjalanan hidup mereka, tetapi juga memberi inspirasi kepada orang lain. Cerita ini dapat membangun koneksi emosional, mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki tantangan dan keberhasilan yang sama. Melalui proses berbagi, individu dapat saling mendukung, menguatkan satu sama lain, dan memperkuat komunitas, sekaligus memperkaya perjalanan spiritual masing-masing. Inilah kekuatan On Going Formation yang tidak hanya merayakan pencapaian pribadi, tetapi juga mendorong pertumbuhan kolektif.

Yang Kelimabelas : OGF ; Momen Bersaudara dalam Spirit Sinodal

On Going Formation dapat dilihat sebagai momen bersaudara dalam semangat sinodal, di mana setiap individu terlibat dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan bersama. Sinodalitas menekankan pentingnya dialog, kolaborasi, dan partisipasi aktif dari seluruh anggota komunitas. Dalam konteks ini, On Going Formation menciptakan ruang bagi orang-orang untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan inspirasi. Dengan mendengarkan satu sama lain dan saling mendukung, individu dapat memperdalam pemahaman mereka tentang iman dan panggilan mereka, sekaligus membangun hubungan yang lebih kuat dalam komunitas. Momen bersaudara ini memperkaya pengalaman formasi, menjadikan setiap orang tidak hanya penerima, tetapi juga pemberi, sehingga tercipta suatu dinamika pertumbuhan yang saling menguntungkan.

Selain itu, On Going Formation dalam semangat sinodal juga mengajak kita untuk merenungkan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan visi dan misi komunitas. Setiap anggota memiliki peran unik yang dapat berkontribusi pada kekuatan dan keberagaman komunitas. Dalam proses pembelajaran ini, penting untuk menciptakan suasana yang inklusif, di mana setiap suara didengar dan dihargai. Dengan membangun kesadaran kolektif tentang perjalanan iman dan tantangan yang dihadapi, On Going Formation menjadi sarana untuk memperkuat komitmen kita terhadap pelayanan dan kasih, serta mendorong setiap individu untuk berkontribusi secara aktif dalam misi bersama. Dalam semangat bersaudara ini, kita belajar untuk saling mendukung, menguatkan, dan menginspirasi satu sama lain, sehingga menciptakan komunitas yang lebih solid dan harmonis.

Yang Terakhir : OGF; Momen yang Dirindukan

On Going Formation sebagai momen yang senantiasa dirindukan mencerminkan kebutuhan manusia akan pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan. Dalam dunia yang terus berubah, individu seringkali merindukan ruang untuk belajar dan berefleksi, di mana mereka dapat mengasah keterampilan, memperdalam pengetahuan, dan menguatkan nilai-nilai spiritual mereka. Momen-momen ini memberikan rasa aman dan stabilitas, sekaligus memberikan kesempatan untuk memahami diri sendiri lebih baik. Dalam proses ini, individu merasa terhubung dengan tujuan hidup mereka, merasakan kedamaian dan kepuasan yang mendalam saat melihat kemajuan yang telah dicapai.

Di samping itu, On Going Formation juga menciptakan ikatan komunitas yang kuat. Ketika individu berkumpul untuk belajar dan berbagi pengalaman, mereka menemukan dukungan satu sama lain, yang menciptakan rasa kebersamaan dan saling memahami. Momen ini menjadi waktu yang dirindukan karena melibatkan interaksi yang berarti, di mana pengalaman pribadi diubah menjadi pelajaran kolektif. Keterlibatan dalam proses ini tidak hanya memperkaya individu, tetapi juga memperkuat komunitas secara keseluruhan, sehingga setiap orang merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk terus berkontribusi dalam lingkungan mereka. Dengan demikian, On Going Formation menjadi bagian integral dari perjalanan hidup yang terus diidamkan dan dirindukan oleh banyak orang.

 

Penulis : RD. Yudel Neno

Komentar

Related Articles

Back to top button