Jenjang Sikap Beriman dalam Tatanan Subjek dan Objek Illahi
Dekenat Mena.com – oleh Rm. Yudel Neno, Pr…..
Perbedaan Sikap Sembah dan Sikap Hormat
Penghormatan dan penyembahan adalah dua konsep yang berkaitan dengan sikap batin dan tindakan seseorang dalam iman, namun dengan intensitas dan tujuan yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing istilah, beserta persamaan dan perbedaannya:
Penghormatan
Penghormatan (dulia) adalah sikap menghargai atau memuliakan seseorang atau sesuatu karena kualitas atau keunggulan yang dimiliki. Dalam konteks teologi, penghormatan diberikan kepada makhluk-makhluk suci atau benda yang berkaitan dengan kekudusan, seperti para kudus atau relikwi. Ini adalah bentuk penghargaan atas kebajikan, kesucian, atau peran istimewa mereka dalam rencana keselamatan, tetapi tanpa menempatkan mereka pada posisi ilahi.
Dalam tradisi Katolik, penghormatan memiliki tingkatan tertentu:
Dulia diberikan kepada para kudus sebagai teladan iman.
Hyperdulia khusus untuk Perawan Maria, sebagai Bunda Allah yang memiliki kedudukan istimewa.
Dulia Relatif diberikan kepada benda-benda suci atau relikwi yang mewakili kekudusan atau kehadiran Allah.
Penyembahan
Penyembahan (Latria) adalah sikap pengabdian tertinggi, yang hanya diberikan kepada Allah. Latria mencakup sikap hati yang penuh kerendahan diri dan ketergantungan sepenuhnya pada Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu.
Penyembahan melibatkan pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Sumber Kehidupan, Kebenaran, dan Keselamatan, dan hanya Dia yang layak menerima sikap pemujaan ini.
Penyembahan berbeda dengan penghormatan karena dalam penyembahan, orang tidak hanya menghargai, tetapi juga mengakui keunggulan mutlak Allah, memberikan seluruh diri dalam kepasrahan, iman, dan cinta kepada-Nya.
Persamaan Penghormatan dan Penyembahan
Keduanya melibatkan sikap hati yang penuh kerendahan dan kekaguman terhadap suatu objek atau pribadi yang dianggap mulia. Penghormatan dan penyembahan sama-sama dilakukan dengan maksud memuliakan atau menunjukkan rasa kagum dan hormat.
Perbedaan Penghormatan dan Penyembahan
Perbedaan utama antara penghormatan dan penyembahan adalah pada objek dan intensitasnya:
Objeknya : Penyembahan hanya ditujukan kepada Allah sebagai satu-satunya Pencipta, sementara penghormatan bisa ditujukan kepada para Kudus, Malaikat, atau benda yang berkaitan dengan kekudusan.
Intensitasnya : Penyembahan melibatkan pengakuan mutlak atas keilahian Allah, yaitu adorasi atau pengabdian total. Sebaliknya, penghormatan bersifat apresiatif —penghormatan terhadap martabat atau kesucian yang dimiliki makhluk tersebut, namun tidak menganggap mereka sebagai sumber kehidupan atau keselamatan.
Dengan kata lain, penyembahan adalah sikap yang lebih tinggi dan hanya diperuntukkan bagi Tuhan, sedangkan penghormatan adalah penghargaan yang lebih rendah yang dapat diberikan kepada makhluk atau objek yang memiliki hubungan dengan kekudusan.
Berdasarkan uraian arti, persamaan dan perbedaan tentang sikap menyembah dan memberi hormat, kini kita diajak untuk memahami tingkatan sikap beriman, yang bakal dijelaskan melalui beberapa istilah.
Dalam ajaran Gereja Katolik, penghormatan terhadap Allah, Bunda Maria, para orang kudus, dan benda-benda suci dikelompokkan menjadi beberapa jenis penghormatan yang berbeda.
Pengelompokkan itu dilakukan berdasarkan substansi kualitas peranan dalam karya keselamatan.
Pengelompokkan berlangsung, dan dapat dijelaskan dalam beberapa istilah. Yang pertama; Latria, yang kedua ; Hyperdulia, yanh ketiga ; Dulia, dan yang keempat ; Dulia Relatif.
Keempatnya memiliki kadar dan objek yang berbeda, yang membedakan penghormatan tertinggi yang hanya diperuntukkan bagi Allah dengan penghormatan kepada para kudus.
Yang pertama : Latria (Penyembahan atau Ibadah Tertinggi)
Latria adalah penghormatan tertinggi yang hanya diberikan kepada Allah. Sikap Latria merupakan wujud penyembahan yang mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan sumber keselamatan. Oleh karena itu, Latria dikhususkan untuk Allah Tritunggal (Bapa, Putra, dan Roh Kudus). Maka jelas bahwa Latria, karena merupakan bentuk pengakuan tertinggi terhadap kemahakuasaan Allah, maka tidak boleh dan tidak dapat diarahkan kepada makhluk atau benda apa pun.
Dasar Alkitabiah: Matius 4:10 menyatakan, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”
Katekismus Gereja Katolik (KGK 2096-2097) mengajarkan bahwa Latria adalah bentuk penghormatan penuh (penyembahan) yang mengakui keagungan Allah yang sempurna. Segala bentuk penghormatan tertinggi ini, baik melalui doa maupun sakramen, adalah bagian dari ibadah kepada Allah semata.
Hyperdulia (Penghormatan Khusus untuk Bunda Maria)
Hyperdulia adalah bentuk penghormatan yang khusus diberikan kepada Bunda Maria, Ibu Tuhan Yesus. Penghormatan ini berada di atas semua bentuk penghormatan lainnya (Dulia) tetapi tetap di bawah latria, yang hanya diberikan kepada Allah. Hyperdulia diberikan kepada Maria karena peran istimewanya sebagai Bunda Allah (Theotokos) dan kedekatannya dengan Allah dalam rencana keselamatan.
Dasar Teologis : Konsili Efesus (431 M) mengakui Maria sebagai Theotokos, yaitu “Bunda Allah,” yang menegaskan perannya yang istimewa dalam iman Katolik.
KGK nomor 971 menegaskan bahwa devosi kepada Maria sangat dianjurkan dalam Gereja Katolik, namun ini tidak sama dengan penyembahan kepada Allah. Gereja mengajarkan bahwa penghormatan kepada Maria tidak menggantikan penyembahan kepada Allah, melainkan sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Dulia (Penghormatan kepada Para Kudus)
Dulia adalah bentuk penghormatan yang diberikan kepada para orang kudus dan malaikat sebagai penghargaan atas kesucian hidup dan kebajikan mereka yang menjadi teladan iman. Para kudus dihormati karena kehidupan mereka mencerminkan rahmat Allah dan kasih mereka kepada Kristus. Dalam Katolik, para kudus dapat dihormati dan dimintakan doa syafaatnya, namun mereka tidak disembah.
Dasar Ajaran : Konsili Trente menegaskan bahwa umat beriman dapat menghormati para kudus dan memohon doa mereka (sesuai KGK 2683-2684).
KGK nomor 956 menjelaskan bahwa persatuan dengan orang-orang kudus membantu Gereja dalam peziarahan imannya di dunia. Para Kudus dijadikan sebagai teladan iman yang diharapkan umat untuk diteladani.
Dulia Relatif (Penghormatan terhadap Relikui atau Benda Suci)
Dulia Relatif adalah bentuk penghormatan yang diberikan kepada benda-benda suci, seperti Relikui atau Ikon, yang berkaitan dengan orang kudus atau peristiwa tertentu dalam iman Kristen. Ini bukan bentuk penghormatan kepada benda tersebut, tetapi penghormatan pada pribadi kudus atau makna spiritual yang mereka wakili. Misalnya, Salib dihormati bukan karena Salib itu sendiri, tetapi karena itu adalah Lambang dari Pengorbanan Kristus.
Dasar Teologis: Konsili Nicea II (787 M) membenarkan penghormatan kepada ikon dan relikui, membedakannya dari penyembahan berhala. Gereja menghormati simbol-simbol ini sebagai sarana pengingat akan iman dan rahmat Allah.
KGK nomor 2131 menegaskan bahwa penghormatan kepada gambar atau benda kudus tetap diarahkan kepada Allah dan bukan pada benda itu sendiri.
Ringkasan
Dalam Gereja Katolik, pengelompokan penghormatan ini membantu umat menjaga batas yang jelas antara penyembahan kepada Allah dan penghormatan kepada Bunda Maria, para kudus, serta benda-benda suci. Berikut adalah ringkasan singkatnya:
Latria: Penyembahan Tertinggi kepada Allah saja.
Hyperdulia: Penghormatan khusus untuk Bunda Maria, karena perannya yang unik.
Dulia: Penghormatan kepada para kudus dan malaikat atas kesucian mereka.
Dulia Relatif: Penghormatan kepada benda suci yang mengingatkan kita pada Allah atau para kudus.
Dengan demikian, Gereja Katolik memegang ajaran bahwa penghormatan kepada makhluk Allah dan benda suci adalah cara untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya, namun tetap membedakan dengan penyembahan yang hanya layak bagi Allah.
Sintesis Saduran ; oleh Rm. Yudel Neno, Pr