Rayakan Ekaristi 40 Hari di Kayu Putih Kupang, Deken John Seran Ungkap Kekuatan Salib
Kupang, DekenatMena.com — Suasana penuh kekeluargaan menyelimuti Perayaan Ekaristi 40 hari wafatnya Marchyano Dully Bunga yang berlangsung di Kayu Putih, tepatnya di KUB Santo Gabriel Agung, wilayah pastoral Paroki Assumpta, Keuskupan Agung Kupang, pada Jumat, 22 April 2025.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Yudel Neno, Pr dan dihadiri oleh keluarga serta umat sekitar yang turut mendoakan almarhum yang dikenal akrab dengan sapaan “Dully”. Dalam kata pengantarnya, Rm. Yudel menegaskan bahwa Allah adalah Sumber Kehidupan yang senantiasa menyertai manusia, tidak hanya dalam kehidupan duniawi tetapi juga menuju kehidupan kekal.
Almarhum Dully, yang lahir pada 14 Maret 1985 dan meninggal tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-40, 14 Maret 2025, dikenang dalam suasana doa yang mengalir penuh pengharapan.
Homili yang disampaikan oleh Rm. John Seran, Pr — Pastor Paroki Santa Filomena Mena sekaligus Deken Dekenat Mena — menjadi momen reflektif yang menyentuh hati para hadirin. Ia menyinggung Tujuh Perkataan Salib Yesus sebagai wujud cinta kasih Allah yang kekal, sebuah cinta yang tidak pernah lekang oleh waktu dan menjadi sumber kekuatan iman dalam menghadapi perpisahan dengan orang-orang tercinta.
Dalam uraiannya, Rm. John mengajak umat merenungkan makna dari setiap perkataan Yesus di kayu salib, mulai dari: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”—sebuah seruan pengampunan yang menjadi dasar belas kasih Kristiani; “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”, yang menunjukkan harapan akan keselamatan bagi siapa pun yang percaya; “Ibu, inilah anakmu… inilah ibumu”, sebagai lambang kasih yang mengikat relasi antar manusia; “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, yang mencerminkan kedalaman penderitaan manusiawi Yesus sekaligus solidaritas-Nya dengan derita umat manusia.
Lalu, Yesus berseru, “Aku haus”, menyatakan kerinduan akan kasih dan pertobatan umat; “Sudah selesai”, menandai kemenangan kasih atas dosa dan maut; serta akhirnya, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”, yang memperlihatkan kepasrahan total dan kepercayaan mutlak kepada Bapa.
Ketujuh perkataan di atas, menurut Rm. John, adalah bukti cinta yang tak terbatas, yang meneguhkan kita bahwa dalam duka dan kehilangan pun, salib Kristus menjadi sumber harapan dan kekuatan. Ia menegaskan bahwa setiap kali kita memandang salib, kita diingatkan akan kasih Allah yang menyelamatkan, yang memeluk umat-Nya hingga akhir dan melampaui batas waktu.
Mengakhiri perayaan, Rm. John menyampaikan rasa terima kasih kepada Pastor Paroki Assumpta yang telah memberikan ruang bagi pelaksanaan misa ini. Ia juga mengapresiasi Ketua Wilayah, Ketua KUB, serta seluruh umat di wilayah Kayu Putih yang telah mendukung kelancaran perayaan misa arwah tersebut.
Ucapan terima kasih yang hangat juga ia sampaikan kepada Mama Sarlota—akrab disapa Mama Niis—yang telah membuka rumah dan hati sebagai tempat berjumpa dalam kekeluargaan. Rm. John menambahkan doa dan berkat untuk Mama Sarlota beserta anak-anak, seraya memohon agar kasih Tuhan terus melingkupi mereka.
Perayaan ini bukan hanya mengenang kepergian Dully, tetapi juga menjadi kesempatan memperteguh iman akan kebangkitan dan janji kehidupan kekal di dalam Kristus.
oleh Yudel Neno, Pr