Refleksi

Fides ex Auditu: Menyingkap Modalitas Sensorik Audio sebagai Jalan Spiritual Menuju Iman

DekenatMena.comRefleksi TeologisFides ex Auditu: Menyingkap Modalitas Sensorik Audio sebagai Jalan Spiritual Menuju ImanYudel Neno, Pr

Pendahuluan

Fides ex Auditu (Iman berasal dari pendengaran) adalah gagasan biblis-teologis yang dikemukakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 10:17, yang berbunyi:
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Dengan pernyataan dalam Roma 10:17, Paulus menegaskan bahwa iman Kristiani lahir dan bertumbuh melalui pendengaran Firman Allah yang disampaikan dalam pewartaan Injil. Dalam konteks ini, mendengar bukan hanya tindakan biologis dan sosial tetapi juga pengalaman spiritual yang memungkinkan manusia membuka diri terhadap karya Allah dan menjalin hubungan mendalam dengan-Nya.

Ungkapan Paulus di atas mengimplisitkan sebuah pendekatan relevan dalam memahami modalitas sensorik audio sebagai jalur penerimaan informasi dan pengalaman yang melibatkan pendengaran.

Artikel ini membahas Fides ex Auditu sebagai landasan teoretis untuk menganalisis bagaimana modalitas sensorik audio—seperti mendengar firman Allah, doa, musik liturgi, dan media modern—berfungsi sebagai jalan spiritual menuju iman dalam konteks historis Gereja maupun relevansi modern.

Konteks Historis dan Literer Roma 10:17

Konteks Surat Roma

Surat Paulus kepada Jemaat di Roma ditulis dalam situasi di mana komunitas Kristen terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi. Paulus menjelaskan bahwa keselamatan bukanlah hasil ketaatan pada hukum Taurat, tetapi diberikan melalui iman kepada Yesus Kristus. Letak pentingnya penegasan Paulus ialah menghindarkan Komunitas Kristen dari praktek ketaatan normatif yang terkesan begitu saja terhadap hukum taurat tanpa penghayatan spiritual. Dalam Roma 9–11, Paulus membahas rencana keselamatan Allah yang mencakup Israel dan bangsa-bangsa lain.

Konteks Roma 10:17

Dalam Roma 10, Paulus menegaskan bahwa iman hanya mungkin terjadi melalui pewartaan Injil. Ia merumuskan pertanyaan retoris: Bagaimana orang dapat percaya kepada Kristus jika tidak ada yang memberitakan? Bagaimana mereka dapat mendengar jika tidak ada pewarta?

Ayat 17 menjadi simpulan logis yang penting, bahwa iman lahir dari pendengaran akan firman Allah. Kenyataan ini mensyaratkan pewartaan Injil sebagai jalan utama untuk membawa manusia kepada iman.

Konteks Historis

Pada abad pertama, pewartaan Injil dilakukan secara lisan karena terbatasnya teks tertulis dan rendahnya tingkat literasi masyarakat. Tradisi Yahudi sangat menghargai pembelajaran melalui pendengaran, seperti pembacaan Torah di Sinagoga. Paulus memanfaatkan paradigma ini untuk menekankan pentingnya mendengar dalam pewartaan Injil.

Modalitas Sensorik Audio dalam Perspektif Iman

Modalitas Sensorik Auditory

Modalitas sensorik adalah kategori indera yang digunakan manusia untuk menerima, memproses, dan merespons informasi dari lingkungan sekitar. Tulisan ini menyoroti modalitas sensorik auditory, yang berkaitan dengan pendengaran, yakni kemampuan menerima, memproses, dan memahami suara.

Modalitas auditory memiliki tiga ciri utama yakni yang pertama ; Berfokus pada suara, musik, dan ucapan, yang kedua; Informasi lebih mudah diingat melalui pendengaran dan yang ketiga; Mengandalkan kemampuan mendengarkan untuk memahami informasi.

Orang dengan tipe auditory lebih mudah menyerap informasi melalui pendengaran, seperti mendengarkan ceramah, musik, podcast, atau diskusi interaktif. Mereka mampu mendengarkan dengan serius dan menggunakan ketajaman akal budi untuk menyerap informasi.

Pendengaran sebagai Sarana Utama Pewartaan Injil

Pewartaan verbal dalam Gereja awal memiliki kekuatan emosional dan persuasif, memungkinkan umat merespons dengan iman. Firman Allah yang didengar menjadi jembatan antara pewarta dan pendengar, sehingga Injil diterima sebagai pesan keselamatan. Maka di sini, pewartaan tidak bersifat monologal melainkan dialogal. Titik temu teologis antara pewartaan dan pendengaran terletak pada ketulusan untuk melakukannya, yang berlangsung atas daya dorong ilahi.

Pengalaman Audio sebagai Wujud Iman

Modalitas sensorik audio tidak terbatas pada pendengaran firman Allah secara verbal. Pengalaman mendengar dalam kehidupan Gereja meluas ke berbagai aspek. Dalam aspek liturgi misalnya; Musik liturgi dan doa bersama membentuk ruang refleksi dan memperdalam hubungan spiritual. Dalam aspek kateketis yang menyasar pada Khotbah dan Katekese: Homili dan katekese memperkaya pemahaman umat akan iman, membantu mereka mengintegrasikan ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

Iman dan Dimensi Kognitif-Auditorik

Mendengar adalah pengalaman kognitif dan spiritual. Mendengara sebagai pengalaman kognitif menunjukkan hubungan antara indera pendengaran dan peranan akal budi. Mendengar sebagai pengalaman spiritual menunjukkan hubungan antara indera pendengaran dan peranan kesadaran spiritual.

Ketika seseorang mendengar firman Allah, ia terlibat dalam pemahaman, refleksi, dan penerimaan. Dengan demikian, iman menjadi respons aktif yang melibatkan pikiran dan hati.

Fides ex Auditu dalam Kehidupan Modern

Kemajuan teknologi menghadirkan peluang baru untuk pewartaan Injil melalui media audio. Dapat kita sebutkan media audio, yang banyak kali digunakan ialah podcast rohani, musik liturgi digital, dan rekaman homili yang dapat diakses kapan saja. Kenyataan ini menegaskan bahwa ternyata platform digital memungkinkan pewartaan Injil lebih mudah dan lebih banyak menjangkau audiens, dan bahkan dalam waktu yang singkat. Inilah aspek spasial dan kairos dari platform digital.

Analisis Eksegetis Roma 10:17

Struktur Kalimat

“Iman timbul dari pendengaran” (pistis ex akoes). Pada kalimah ini, Paulus dengan jelas mengingatkan kita bahwa iman adalah respons yang lahir dari mendengar firman Allah, bukan hasil usaha manusia. Itu berarti;….apabila manusia berusaha sendiri….praktek seperti itu belum cukup untuk disebut sebagai iman.

“Pendengaran oleh firman Kristus” (akoe dia rhematos Christou). Melalui rumusan ini, Paulus mengingatkan kita bahwa pendengaran sebagai sikap iman melibatkan penerimaan spiritual yang mendalam terhadap Sabda Allah yang didengarkan….danbukan sekadar aktivitas biologis, sebagaimana biasanya telinga menguping.

Makna Kata Kunci

Pistis (Iman): Kepercayaan penuh kepada Kristus sebagai Juruselamat, melibatkan penyerahan diri.

Akoe (Pendengaran): Proses mendengar yang aktif dan reflektif.

Rhematos Christou (Firman Kristus): Pewartaan Injil yang berpusat pada karya penyelamatan Kristus.

Hubungan Logis dalam Teks

Paulus menghubungkan iman dan pendengaran secara kausal. Pewartaan menjadi sarana esensial agar manusia dapat mendengar firman Kristus dan beriman kepada-Nya.

Refleksi Teologis

Pewartaan Injil sebagai Esensial

Pewartaan melalui pendengaran adalah tanggung jawab utama Gereja. Tanpa mendengarkan Firman Kristus, manusia tidak dapat datang kepada iman.

Iman sebagai Respons kepada Allah

Iman bukan sekadar keyakinan intelektual, tetapi tanggapan manusia terhadap inisiatif Allah yang menyatakan diri-Nya melalui Firman. Modalitas sensorik audio memungkinkan umat meresapi Firman Allah dengan hati dan pikiran.

Relevansi bagi Gereja Modern

Teknologi audio memberikan peluang baru bagi Gereja untuk menjangkau lebih banyak orang. Media seperti podcast, rekaman homili, dan musik rohani digital menjadi sarana pewartaan yang efektif di era ini.

Kesimpulan

Fides ex Auditu menegaskan bahwa iman timbul dari mendengar Firman Kristus. Dalam perspektif modalitas sensorik audio, mendengar menjadi jalur utama pewartaan Injil yang menghubungkan pendengar dengan pesan keselamatan Allah.

Melalui pendekatan historis-kritis dan refleksi teologis, modalitas sensorik audio terbukti relevan, baik dalam tradisi Gereja awal maupun dalam kehidupan modern. Gereja dipanggil untuk memanfaatkan semua sarana pewartaan, tradisional maupun digital, agar iman umat terus bertumbuh dalam terang firman Allah yang hidup.

Dengan demikian, Fides ex Auditu menjadi refleksi historis sekaligus panggilan untuk memperdalam hubungan spiritual melalui pendengaran dalam setiap zaman.

 

Penulis : Yudel Neno, Pr 

Komentar

Related Articles

Back to top button