Bela Rasa sebagai Sikap Beriman
Sebuah Refleksi Bela Rasa untuk Peristiwa Letusan Gunung Berapi Lewotobi
Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain – Filipi 2: 4
DekenatMena.com – oleh Rm. Yudel Neno, Pr – Saat ini Rekan-Rekan yang terdampak bencana akibat letusan Gunung Berapi Lewotobi, tentu mengalami trauma. Bencana alam itu, tidak sedikit menyebabkan korban nyawa, harta, materi. Tidak sdkt, yang mengalami trauma. Sebagian rumah ambruk. Sebagian mengalami luka-luka serius. Fakta ini, sekejab mengundang semua orang, terpanggil untuk berdoa dan selanjutnya mengambil tindakan; memberi bantuan sebagai ekspresi bela rasa, menyikapi situasi Emergency Respon (ER).
Kejadian seperti ini, mengingatkan Saya akan peristiwa Seroja yang terjadi pada 2022 lalu. Saat itu, kondisi beberapa Desa di Kabupaten Malaka, terkategori parah. Situasi seperti saat itu, dan seperti saat yang dialami oleh Umat Allah di Flores – Hokeng, merupakan kenyataan serius yang harus disikapi…dan pertama-tama, karena merupakan panggilan terhadap kemanusiaan.
Berbela rasa terhadap mereka yang terdampak bencana, termasuk bencana alam seperti letusan Gunung Lewotobi di Flores, memiliki dasar yang kuat baik dari perspektif biblis maupun teologis. Alkitab dan teologi Katolik mengajarkan pentingnya kasih, kepedulian, dan solidaritas terhadap sesama, terutama bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan atau kesulitan. Berikut adalah beberapa alasan dan ayat-ayat pendukung mengapa berbela rasa sangat penting dalam iman Kristen.
Mengikuti Teladan Kasih Kristus
Yesus adalah contoh utama dari belas kasih dalam iman Katolik. Selama hidup-Nya di dunia, Dia menunjukkan kasih yang mendalam kepada mereka yang menderita, termasuk orang sakit, orang miskin, dan mereka yang tertindas. Dalam Matius 25:35-40, Yesus berkata bahwa apa pun yang kita lakukan untuk orang yang paling hina, kita melakukannya untuk-Nya. Tindakan berbela rasa kita kepada mereka yang terdampak bencana dianggap sebagai tindakan yang dilakukan untuk Yesus sendiri.
“Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Matius 25:35-36).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa menolong mereka yang menderita adalah bagian dari panggilan kita sebagai pengikut Kristus, sebagai bentuk nyata dari kasih kepada Tuhan.
Menjalankan Hukum Kasih
Yesus merangkum seluruh hukum Taurat dalam dua perintah utama, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Matius 22:37-39). Kasih kepada sesama adalah bentuk nyata dari ketaatan kita kepada Tuhan. Dalam konteks bencana, tindakan berbela rasa dengan memberikan bantuan, dukungan, atau bahkan sekadar kehadiran menunjukkan bahwa kita tidak hanya peduli terhadap kebutuhan fisik mereka, tetapi juga terhadap kesejahteraan emosional dan spiritual mereka.
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39)
Ketika kita menunjukkan belas kasih kepada mereka yang terkena dampak bencana, kita mempraktikkan hukum kasih yang diajarkan Yesus.
Solidaritas dengan Umat yang Menderita
Rasul Paulus mengajarkan bahwa dalam tubuh Kristus, semua orang saling terhubung, dan ketika satu anggota menderita, semua anggota ikut menderita (1 Korintus 12:26). Dengan demikian, ketika saudara-saudara kita di Flores mengalami bencana, solidaritas kita sebagai bagian dari tubuh Kristus membuat kita ikut merasakan penderitaan mereka dan termotivasi untuk membantu.
“Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.” (1 Korintus 12:26)
Bencana seperti letusan gunung bukan hanya tanggung jawab orang yang berada di wilayah terdampak, melainkan juga panggilan bagi seluruh umat Kristiani untuk meresponi dan berempati.
Tanggung Jawab Sosial dalam Teologi Katolik
Teologi Katolik menekankan pentingnya tanggung jawab sosial, yaitu bahwa setiap orang percaya harus mengambil bagian dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang. Nabi Yesaya, misalnya, menggambarkan bahwa Allah menghendaki kita untuk membela orang tertindas dan membantu mereka yang tidak berdaya (Yesaya 1:17).
“Belajarlah berbuat baik; usahakan keadilan, kendalikan orang yang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:17)
Dalam konteks bencana alam, tanggung jawab sosial berarti kita dipanggil untuk berbagi sumber daya, waktu, dan tenaga kita untuk menolong mereka yang kehilangan rumah, harta, dan bahkan anggota keluarga.
Mengamalkan Buah Roh Kudus: Kasih, Kebaikan, dan Kesabaran
Dalam Galatia 5:22-23, Rasul Paulus menyebutkan buah-buah Roh yang meliputi kasih, kebaikan, dan kesabaran. Tindakan berbela rasa kepada mereka yang terdampak bencana mencerminkan buah Roh Kudus ini. Berbela rasa adalah manifestasi dari kasih dan kebaikan yang diberikan Roh Kudus kepada kita, yang kemudian harus kita bagikan kepada orang lain, terutama mereka yang sedang dalam kesulitan.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Galatia 5:22-23)
Dengan menunjukkan belas kasih dan kebaikan kepada korban bencana, kita mengamalkan kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Harapan dan Doa bagi Mereka yang Terluka dan Kehilangan
Selain tindakan langsung, berbela rasa juga berarti memberi mereka harapan dan dukungan melalui doa. Dalam 2 Korintus 1:3-4, Allah disebut sebagai “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan.” Kita diundang untuk berdoa bagi mereka yang terluka dan kehilangan, memohon agar Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan.
“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2 Korintus 1:3-4)
Sumber Referensi
1. Alkitab – Ayat-ayat yang telah dikutip menunjukkan dasar-dasar dari berbela rasa dalam Alkitab.
2. Teologi Katolik – Pemahaman tentang kasih, tanggung jawab sosial, dan solidaritas sering dibahas dalam studi teologi Kristen, terutama dalam bidang etika sosial Kristiani.
3. Katekesisme Gereja Katolik – Bagian yang membahas tentang tanggung jawab umat Kristen terhadap sesama manusia, khususnya mereka yang sedang menderita.
Berbela rasa terhadap mereka yang terdampak bencana alam bukan hanya sebuah kewajiban sosial, tetapi juga panggilan rohani yang berdasarkan kasih dan solidaritas yang diajarkan oleh Kristus dan diperkuat oleh ajaran Alkitab. Dengan menunjukkan empati dan memberikan bantuan, kita menjadi saluran kasih Tuhan di tengah penderitaan manusia.
Disadur dan disintesa oleh Rm. Yudel Neno, Pr